I.
PENDAHULUAN
Tubercullosis (TB) merupakan salah satu
penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Anak sangat
rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat dengan pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis dan anak juga lebih beresiko untuk menderita TB berat seperti TB
milier (TB diseminata) dan TB meningitis. Infeksi TB anak saat ini menunjukkan
sumber penyakit TB di masa depan. Beban kasus TB Anak tidak dapat diketahui karena kurangnya
alat diagnostik yang “child-friendly” dan tidak adekuatnya sistem pencatatan
dan pelaporan kasus TB Anak, sehingga diperkirakan banyak anak menderita TB
yang tidak mendapatkan penanganan yang benar.
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
pemerintah telah merumuskan berbagai macam kebijakan pelayanan kesehatan melalui Peraturan Presiden (PERPRES) No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis sebagai wujud nyata pemerintah telah menunjuk Puskesmas sebagai unit terdepan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan diharapkan mampu
melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif tingkat dasar bagi lansia.
Pelayanan kesehatan Paru merupakan salah satu program pelayanan di Puskesmas Ciangsana dalam bentuk usaha kesehatan
perorangan (UKP) maupun melalui usaha kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan Paru
dalam UKP meliputi
pelayanan konsultasi, tindakan, pembuatan rujukan serta edukasi Kesehatan paru
perorangan. Pelayanan paru dalam UKM berfokus
pada pelacakan kasus dan edukasi Kesehatan Paru melalui komunitas seperti di sekolah, posyandu dan industri diwilayah kerja.
Untuk melaksanakan
pelayanan kesehataan paru yang terstruktur, petugas membuat terobosan dengan
membuat inovasu. Inovasi pelayanan Kesehatan paru diberi nama SI CANTIK TB (Skrining Cakupan Anak Terkonfirmasi Dan Terduga TB) yang didasarkan pada VISI Puskesmas Ciangsana
yaitu Mewujudkan Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Ciangsana yang Mandiri untuk Hidup Sehat.
II.
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.(Price dan
Wilson,
2005). Tuberkulosis
merupakan penyakit yang menjadi ancaman bagi seluruh negara terutama pada
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di dunia TBC menurut WHO
(2016), diperkirakan sekitar 1,3 juta kematian dengan terinfeksi HIV negatif
dan 374.000 kematian dengan terinfeksi HIV positif. Orang yang jatuh sakit
akibat TBC tahun 2016 sebanyak 90% pada orang dewasa, 65% pada laki-laki, 10%
pada orang dengan terinfeksi HIV dan 56% pada kasus TBC berada pada beberapa
negara yaitu India, China, Filipina, Pakistan dan Indonesia. Indonesia
merupakan lima negara di dunia yang terbanyak kasus TBC. Indonesia diperkirakan
kasus Tuberkulosis sebanyak 1 juta kasus dengan 100.000 kematian.
Tuberkulosis
merupakan dampak dari kedaruratan global oleh WHO ditetapkan sejak
tahun 1993. Namun, secara umum penyakit ini hanya dievaluasi pada populasi
dewasa. TB paru pada anak menjadi aspek yang terabaikan dari epidemi TB yang
terjadi saat ini. Padahal, TB paru anak terjadi pada lebih 20% di seluruh kasus
di banyak negara berinsidensi TB tinggi (Esposito et al., 2013). Beban global
TB paru anak juga menjadi sangat samar diakibatkan kurangnya data pelaporan dan
perekaman TB secara rutin terhadap populasi melalui program pengendalian TB
nasional. Hal ini dipersulit dengan sulitnya penegakkan diagnosis pada TB anak
dengan pemeriksaan bakteriologis,(Al Asyary Upe, 2015). Kasus TB anak di dunia dengan beban tidak
diketahui karena kurangnya alat diagnostik ,dan tidak adekuatnya sistem
pencatatan dan pelaporan kasus TB anak. Faktor risiko penularan TB pada anak
sama halnya dengan TB pada umumnya, tergantung dari tingkat penularan, lama
pajanan dan daya tahan tubuh. Pasien TB dengan BTA negatif lebih berisiko
tertular dengan pasien TB dengan BTA positif, namun pasien TB dengan BTA
negatif masih memiliki kemungkinan untuk menularkan penyakit TB.(Kemenkes
,2018).
Berdasarkan Survey BPS pada tahun 2019 di
Jawa Barat jumlah anak Terkonfirmasi TB
sebanyak 18625 anak sedangkan Kabupaten Bogor sebanyak 2035. Salah satu Faktor tingginya kasus
TB anak di daerah Jawa Barat karena tingginya penularan TB dari orang dewasa
dan petugas Kesehatan Kesulitan mendiagnosis TB pada Anak.
Puskesmas ciangsana adalah satu puskesmas
yang berada didaerah Kab Bogor Jawa Barat. Pada tahun
2021 kasus TB anak mencapai 3 orang. Kasus TB anak terjadi karena Kontak erat dengan pasien
TB Dewasa. Sedangkan TB Dewasa Pada Tahun 2021 mencapai 45 orang (dalam
pengobatan). Kurang maksimalnya pelacakan kasus kontak TB karena budaya
masyarakat tentang Kesehatan TB Anak yang tabu dan saat ini kasus covid-19
diwilayah kerja masih tinggi, sehingga masyarakat enggan ke puskesmas untuk
diperiksa. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan beberapa orang tua anak
(pasien) yang berkunjung ke Puskesmas mereka tidak mengetahui tentang ciri-ciri
penyakit TB pada anak. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan beberapa kader
Posyandu mereka tidak mengetahui tentang penyakit TB pada anak dan belum
mengetahui tentang pelaporan kasus TB anak diwilayahnya.
Berdasarkan hal tersebut, petugas TB Puskesmas Ciangsana membuat inovasi yaitu Skrining Cakupan
Anak Terkonfirmasi Dan Terduga TB (SI CANTIK TB) dalam jangkauan yang
lebih luas yaitu didalam dan luar gedung Puskesmas. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan prevelensi kasus tersebut diwilayah kerja
puskesmas ciangsana dengan melibatkan lintas sector, masyarakat dan sarana
pelayanan Kesehatan (Jejaring & Jaringan) Puskesmas.
III.
PENJARINGAN IDE
Puskesmas Ciangsana
sebagai salah satu puskesmas rawat jalan yang ada di Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah
kerja puskesmas ciangsana adalah 3 desa yaitu Desa Nagrak, Desa Ciangsana, dan
Desa Bojong Kulur. Batas- batas Wilayah Kerja Puskesmas Ciangsana:
1.
Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Jati Sampurna Kota Bekasi.
2.
Sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Cileungsi (Kec. Cileungsi)
3.
Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Cikeas Udik (Kec. Gunung Putri)
4.
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Jati Asih Kota Bekasi
Gambar 1. Peta
Wilayah
Berdasarkan hal
diatas, Pelayanan Kesehatan Paru sangat diperlukan untuk mengendalikan penyakit
TB pada anak. Saat terjadi pandemi
covid-19 diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
kemudian diikuti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas
sehingga berimbas pada tidak terlapornya
susp. kasus TB anak Ke puskesmas. Saat ini terjadi masa
peralihan dari pandemi menjadi endemi. Oleh karena itu,
program TB Puskesmas
Ciangsana merasa perlu untuk melakukan inovasi agar cakupan skrining pelayanan
kesehatan
TB Anak khususnya
di wilayah kerja Puskesmas Ciangsana. Meningkat.
Pelayanan Skrining TB awalnya hanya dilakukan untuk
Pasien Susp. TB yang berkunjung ke Puskesmas atau pasien kontak TB. Pertimbangan penyuluhan Kesehatan paru (TB anak) disekolah, Puskesmas
dan posyandu sudah dilakukan, namun kurang berhasil karena sekolah menerapkan
system pembelajaran online, kunjungan anak ke puskesmas dan psoyandu masih
menurun karena orang tua takut anak tertular covid-19 sehingga penyuluhan dan
pelayanan imunisasi BCG kurang dan pasien yang datang ke Puskesmas sebisa mungkin tidak
berlama-lama di lingkungan Puskesmas untuk
mencegah penularan infeksi COVID-19, maka hal ini pun kurang efektif.
Berdasarkan hal diatas, untuk menjangkau dan mempemudah
pelayanan TB Anak di masyarakat, petugas membuat terobosan terbaru dalam
melakukan pelayanan TB Anak. Salah satu kegiatannya adalah membuat barcode format
skrining TB Anak. Hal ini belum pernah dilakukan, karena biasanya skrining
hanya dilakukan oleh tenaga Kesehatan (puskesmas/ sarana Kesehatan). Terobosan
barcode format skrining TB Anak diharapkan dapat mempermudah akses kader
Kesehatan, Guru dan Masyarakat Umum. Hal ini dapat dilakukan di Fasilitas
Kesehatan, Posyandu, Sekolah dan di rumah.
IV.
PEMILIHAN IDE
Setelah mempertimbangkan
berbagai ide dan masukan yang ada, Petugas Program TB berkomitmen dengan
lintas sektor dan lintas program dalam menyelesaikan dan mengendalikan
terjadinya penyebaran TB anak. Petugas membuat modifikasi melalui SI CANTIK TB.
Petugas
membagikan format skrining TB anak yang sudah dimodifikasi dalam bentuk barcode
(Google From) untuk dibagikan kepada kader, tenaga Kesehatan puskesmas,
tenaga Kesehatan jejaring dan jaringan,Sekolah dan di media social Puskesmas
agar dapat diakses msyarakat. Hal ini dievaluasi setiap bulannya. Sedangkan untuk
sekolah barcode skrining dilakukan setiap enam bulan sekali (februari dan
agustus).
Format
skinning TB anak disesuaikan dengan rekomendasi Kemenkes. Setiap anak sakit
yang datang dengan keluhan demam, batuk, penurunan berat badan baik diposyandu
maupun sarana kesehatan lainnya dilakukan skrining TB anak. Selain itu untuk
masyarakat yang ingin melalukan barcode skrining pada anaknya yang sehat juga
dapat dilakukan barcode. Dalam menunjang skrining barcode petugas melakukan
penyuluhan di puskesmas (1 bulan sekali), posyandu (setiap kegiatan
posyandu/bulan), Hal ini disambut baik oleh lintas sektoral, karena dapat
meningkatkan derajat Kesehatan anak diwilayahnya dan dapat maksimal dalam
mengendalikan penularan TB anak.
V.
TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Umum
Mewujudkan Wilayah Kerja Puskesmas Ciangsana bebas dari TB anak pada
Tahun 2025.
2. Tujuan
Khusus
a.
Meningkatkan cakupan Skrining TB anak
b.
Memberikan edukasi dan informasi mengenai kesehatan paru terutama TB Anak kepada kepada orang tua baik
di dalam maupun luar Gedung Puskesmas.
c.
Memberikan
pelayanan Kesehatan TB anak yang mudah diakses oleh masyarakat.
d. .Mewujudkan Wilayah Kerja
Puskesmas Ciangsana Bebas TB Anak.
VI.
KEGIATAN POKOK DAN
RINCIAN KEGIATAN
1.
Kegiatan Pokok
Skrining, Konsultasi, Edukasi,
Pemeriksaan Lab ( Mantoux) Rujukan (SI CANTIK TB.
2.
Uraian Kegiatan
a. Penentuan media untuk
skrining SI CANTIK TB
(Skrining melalui barcode)
b. Sosialisasi pelayanan SI CANTIK TB
c. Pelayanan SI CANTIK TB oleh Petugas
TB, meliputi penjadwalan kunjungan, konsultasi,
edukasi, Pemeriksaan Lab (Mantoux)
anak
d. Pelayanan edukasi komunitas
pada SI CANTIK TB
dilakukan dengan terlebih
dahulu menentukan sasaran edukasi.
e. Pelayanan edukasi komunitas pada SI CANTIK TB setelah ditentukan
sasaran edukasi maka dilakukan
penentuan materi penyuluhan, pembuatan video atau media penyuluhan, pemilihan media digital
untuk diseminasi media penyuluhan dan pengumpulan umpan
balik edukasi, sosialisasi kepada sekolah / posyandu /instansi.
f. Pelaporan SI CANTIK TB melalui individu (Sarana Kesehatan)
maupun komunitas (Posyandu) baik melalui google from (setelah kegiatan selesai)
atau setiap akhir bulan dengan format manual.
VII.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Perencanaan
a. Melakukan advokasi kepada
Kepala Puskesmas Ciangsana.
b. Melakukan Rapat Lintas Sektor untuk menentukan Teknis Kegiatan dan penandatanganaan lembar
komitmen.
c. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat
di wilayah
kerja.
2. Pelaksanaan
a.
Kader
Posyandu
1)
Melakukan pelacakan kasus
kontak terkonfirmasi TB dilapangan
2)
Melakukan
skrining TB balita sakit di posyandu termasuk balita gizi kurang/ buruk.
3)
Melaporkan
skrining setiap bulan
b.
Jejaring
dan Jaringan
1)
Melaporkan penemuan kasus kontak terkonfirmasi TB dilapangan
2)
Melakukan
skrining TB balita sakit
3)
Melaporkan
skrining setiap bulan
c.
Petugas
TB
1)
Untuk
temuan dilapangan di lakukan pelayanan pada hari rabu dan jumat baik dalam
memberikan konsultasi, edukasi, pengobatan, pemeriksaan lab dan rujukan dengan
cara mendaftar dibagian pendaftaran dan mneyerahkan fotokopi KK.
2)
Setelah
pasien dilayanai dan membutuhkan pemeriksaan Lab (Mantoux) petugas akan merujuk
ke laboratorium puskesmas untuk di cek. Jika hasil negative maka pasien akan
diebrikan edukasi.
3)
Jika
hasil pasien positif, maka petugas memasukan identitas kasus TB anak pada
kantong pengawasan. Hal ini dilakukan agar mempermudah pemantauan dan
pengobatan.
4)
Selain
itu, petugas akan memberikan leaflet cara pengobatan dan apa yang harus
dilakukan orang tua dirumah. Dan melakukan skrining Kesehatan kepada kontak
dari pasien.
5)
Untuk
pasien yang dirujuk, petugas membuat memasukan data di file rujukan.
6)
Untuk
penyuluhan petgas akan melakukan setiap 6 bulan di sekolah dan setiap bulan
diposyandu.
VIII.
SASARAN
Sasaran adalah
anak usia 6 bulan - 15 Tahun di
wilayah Puskesmas Ciangsana.
IX.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tahap Inovasi
No |
Tahapan |
Waktu Kegiatan |
Keterangan |
1 |
Latar Belakang |
Januari 2022 |
Melakukan analisa hasil PKP 2021 |
2 |
Perumusan Ide |
Maret 2022 |
Perumusan ide dari masukan semua pihak/ koordinasi dengan Kepala Puskesmas |
3 |
Perancangan |
Juni 2022 |
Menyusun Tim Pengelola Inovasi dan komitmen pelaksaan inovasi bersama
linsek |
4 |
Implementasi |
Juli 2022 |
Pelaksanaan setiap bulan |
2. Jadwal Kegiatan
Pelayanan SI CANTIK TB dilakukan sepanjang tahun kepada sasaran yang sudah ditentukan dalam RUK dan RPK Program TB Puskesmas
Ciangsana di tahun berjalan
X.
BIAYA
Pelaksanaan
SI CANTIK TB pada bulan Juni 2022 menggunakan Dana BOK
XI.
MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
PELAPORAN
Monitoring Evaluasi dilakukan Setiap bulan
oleh penanggung jawab program dan dilakukan juga oleh tim Audit Puskesmas
Ciangsana terhadap ketepatan pelaksanaan kegiatan apakah sesuai jadwal pada
saat persiapan pelaksanaan kegiatan. Pelaporan pelaksanaan harus disusun pada
tiap akhir kegiatan evaluasi.
XII.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan
dan Pelaporan:
1. Catatan skrining, pengobatan,
pemeriksaan laboratorium,rujukan, dilakukan setiap bulan..
2. Dilakukan pelaporan hasil
pengukuran kinerja setiap bulan oleh Penanggung Jawab Program ke koordinator
UKM dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
3. Pelaporan tahunan hasil
analisis PKP oleh Dinas Kesehatan.
|
Siti
Nur Asnawati |